September 2013 ~ Berbagi Bersama Dokter Tanaman

Kamis, 19 September 2013

Serangga sebagai hama tanaman

Sebagian besar serangga merupakan hama yang merugikan terutama bagi tanaman budidaya. Serangga-serangga tersebut memiliki cara tersendiri dalam merusak tanaman budidaya. Serangga tersebut menggunakan mulutnya untuk merusak maupun menginfeksi tanaman.

Pada dasarnya jenis alat mulut serangga dapat digolongkan menjadi tiga tipe utama, yaitu:
  1. Tipe mandibulata (menggigit-mengunyah), dimana alat mulut ini digunakan untuk memotong atau menggigit dan menyunyah bahan makanan padat. Alat ini dicirikan oleh adanya mandibel yang kuat.
  2. Tipe haustelata (mengisap), dimana alat mulut ini disesuaikan untuk mengambil bahan makanan cair atau bahan makanan-bahan makanan terlarut. Alat ini memiliki bagian yang memanjang dan berbentuk seperti jarum yang dinamakan stilet.
  3. Tipe kombinasi, dimana disesuaikan untuk mengambil bahan makanan padat atau bahan makanan cair. Alat mulut kombinasi ini mempunyai mandible untuk menggigit bahan padat dengan maksila dan labium yang dimodifikasi untuk mengisap dan menjilat cairan.
Tipe-tipe utama tersebut diatas dapat mengalami variasi sehingga kita temui berbagai macam tipe alat mulut serangga seperti mengigit-mengunyah, mengunyah-menghisap, menjilat-mengisap, menjilat, menusuk-mengisap serta mengisap.


Serangga dalam merusak tanaman dalam hubungannya dengan bentuk alat mulutnya dapat dikelompokkan, antara lain:
  • Serangga yang merusak batang atau ranting tanaman dengan cara melubangi, menggerek, mematahkan atau melukainya.
Contoh:
Lophobaris piperis menggerak batang atau sulur tanaman lada
Ulat tanah Agrotis ipsilon memotong bagan pangkal batang tanaman pada malam hari
Glanea novemguttata menggerek batang dan cabang kakao
Ulat Tryporyza innotata penggerek batang padi putih


  • Serangga yang merusak daun atau kuncup daun tanaman dengan cara memakannya atau mengisap cairan makanan yang ada didalamnya.
Contoh:
Kumbang Oryctes rhinoceros menyerang pohon dan daun kelapa muda.
Kumbang Lasioderma serricorni yang menyerang daun tembakau yang kering ditempat penyimpanan
Oulema pectoralis menyerang daun anggrek
Ulat daun kubis Plutell maculipennis
Ulat pemakan daun kopi Epicampoptera marantica
Kepik Helopeltis antonii merusak dengan cara mengisap cairan daun teh dan kakao
  • Serangga yang merusak buah atau bunga dengan cara memakan, mengisap atau menggeraknya
Contoh:
Kepik Poecilocoris dives, kedinding buah teh, meusak bunga dan buah teh
Diplogomphus hewitti pengisap cairan bunga dan buah yang masih muda
Kumbang Cylas formicarius menyerang umbi ubi jalar dari lapangan hingga tempat penyimpanan
Anthinimus grandis, kumbang yang menyerang bunga dan buah kapas
  • Serangga yang menyerang akar tanaman
Contohnya:
Jangkrik Gryllus bimaaculatus dan orong-orong menyerang akar tanaman
Macrotermes sp. rayap yang merusak akar-akar tanaman cengkeh
Kutu akar Pseococcus desepter menyerang akar tanaman kopi sejak pangkal akar hingga rambut akar
  • Serangga yang menyerang titik tumbuh
Contoh:
Antherigona exigua lalat pada persemaian padi sawah dan padi gogo
Orseolea oryzae, hama ganjur yang larvanya menyerang titik tumbuh tanaman padi
  • Serangga sebagai vektor (penular) penyakit tanaman
Contoh:
Kumbang Cerotama variegate dan Epilachna varivestis menularkan virus mosaik kacang kapri
Peloncat daun Cuerna costalis menularkan bakteri penyebab pierce anggur
Nilavarpata lugens, wereng coklat dan Nephotettix verescen wereng hijau menularkan virus kerdil rumput dan virus tungro
  • Serangga perusak atau pemakan hasil pertanian atau biji-bijian di tempat penyimpanan (hama gudang)
Contoh:
Ngengat Ephestia cautella dan Sitotroga cerealella menyerang padi, gabah dan kacang tanah yang disimpan di gudang
Kumbang Sitophillus orizae dan Martianus dermestoides serangga perusak hasil pertanian yang disimpan digudang seperti biji jagung, gabah, terigu, kopra, dll

Referensi:
Jumar. 2000. Entomologi Serangga. Rineka Cipta. Jakarta.

Selasa, 17 September 2013

Peranan serangga

Serangga merupakan spesies hewan dengan jumlah terbanyak di dunia yakni ¾ bagian dari total hewan yang ada. Menurut Pedigo (1989), diperkirakan dari setiap lima ekor hewan maka salah satunya adalah kumbang, dan kumbang merupakan salah satu serangga yang termasuk dalam Ordo Coleoptera.

Serangga terdiri atas beberapa bangsa (ordo), antara lain bangsa kumbang (Ordo Coleoptera), bangsa kupu-kupu (Ordo Lepidoptera), bangsa belalang (Ordo Orthoptera), bangsa tabuhan (Ordo Hymenoptera) dan bangsa kepik (Ordo Hemiptera).

Adanya serangga telah membantu penyerbukan sayuran, buah-buahan dan tanaman lain sehingga manusia bisa menikmati hasilnya. Ada pula madu yang dihasilkan oleh lebah madu (Honey Bee atau Apis melifera). Serangga juga menghasilkan malam tawon, sutra (dihasilkan oleh ulat sutra, Bombyx mori), dan zat-zat pewarna (dihasilkan oleh Dactylopyus coccus). Sejumlah serangga juga berperan sebagai predator dan parasit beberapa jenis hama tanaman sehingga sangat bermanfaat sebagai agen hayati penanggulangan hama tanaman. 

Sebaliknya, ada juga jenis serangga yang menimbulkan kerugian misalnya serangga hama yang menyebabkan kerusakan pada tanaman budidaya. Hal ini dapat dimengerti sebab hampir 50% dari serangga adalah pemakan tumbuh-tumbuhan (fitofagus), dan selebihnya adalah pemakan serangga lain (entomofagus), binatang lain atau sisa-sisa tanaman. 

Serangga juga ada yang dapat berperan sebagai vektor suatu jenis penyakit bagi tanaman, hewan bahkan manusia. Serangga yang merupakan vektor penyakit bagi tanaman misalnya penyakit mosaik kacang dan timun yang ditularkan oleh Aphid (Myzus persicae). Sedangkan serangga yang menjadi vektor penyakit pada hewan dan manusia misalnya penyakit malaria yang ditularkan oleh nyamuk genus Anopheles, dan demam sapi texas yang ditularkan oleh caplak sapi (Boophilus annulatus).

Sehingga, secara garis besar, dapat disimpulkan bahwa peranan serangga dalam kehidupan ada dua yakni peran positif (menguntungkan) dan peran negatif (merugikan). Peranan serangga yang menguntungkan antara lain:
  1. Serangga sebagai penyerbuk tanaman
  2. Serangga sebagai penghasil produk (seperti: madu, lilin, sutra, dll)
  3. Serangga yang bersifat entomofagus (predator dan parasitoid)
  4. Serangga pemakan bahan organik
  5. Serangga pemakan gulma
  6. Serangga sebagai bahan penelitian

Sedangkan peranan serangga yang merugikan antara lain:
  1. Serangga perusak tanaman di lapangan, baik merusak buah, daun, ranting, cabang, batang, akar maupun bunga.
  2. Serangga perusak produk dalam simpanan (hama gudang)
  3. Serangga sebagai vektor penyakit bagi tanamn, hewan, maupun manusia.


Referensi:
Jumar. 2000. Entomologi Serangga. Rineka Cipta. Jakarta.
Pedigo, L. P. 1989. Entomology and Pest Management. MacMillan Publishing Company. New York.

Rabu, 11 September 2013

Tinjauan Pustaka Laporan Teknologi Budidaya Tanaman (TBT)

A.    Persiapan Lahan

Pelaksanaan pengolahan tanah pada prinsipnya adalah tindakan pembalikan, pemotongan, penghancuran, dan perataan tanah. Struktur tanah yang semula padat diubah menjadi gembur, sehingga sesuai bagi perkecambahan benih dan perkembangan akar tanaman. Bagi lahan basah sasaran yang ingin dicapai adalah lumpur halus, yang sesuai bagi perkecambahan benih dan perkembangan akar tanaman. Alat untuk pengolahan tanah mulai yang tradisional sampai modern (Ariyanti 2011).

Pengolahan tanah di tingkat petani umumnya dilakukan dengan mengolah tanah secara intensif sampai gembur pada seluruh permukaan tanah setiap akan menanam dan biasanya dilakukan 2-3 kali pembajakan baik dengan bajak mesin maupun ternak. Cara pengolahan tanah tersebut disebut pengolahan konvensional (conventional tillage). Cara pengolahan tanah secara konvensional seperti demikian dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan tanaman secara optimal, tetapi dampak positif tersebut hanya sementara, karena untuk jangka panjang akan berdampak negatif terhadap produktivitas lahan dan tanaman (Rosliani et al 2010). 

Pemberian pupuk saat pengolahan tanah perlu diperhatikan. Hal ini untuk menjaga agar tanah tidak mengalami kekahatan hara, karena hara sangat diperlukan bagi pertumbuhan perkembangan tanaman yang baik agar hasil yang diperoleh dapat mencapai maksimum. Pemupukan yang diberikan sebelum bibit ditanam diharapkan dapat merangsang pertumbuhan awal bibit yang natinya ditanam (Pudjogunarto 2011).

Pengolahan tanah pada umumnya bertujuan untuk memperbaiki struktur dan aerasi tanah agar  pertumbuhan akar dan penyerapan zat hara oleh tanaman dapat berlangsung dengan baik. Pengolahan tanah dilakukan dengan cara dibajak sebanyak dua kali sedalam 15-20 cm, lalu digaru dan diratakan, dibersihkan dari sisa tanaman dan gulma, kemudian dibuat bedengan selebar 3-4 meter. Antar bedengan dibuat saluran drainase dengan kedalaman 30 cm dan lebar 20 cm. Jika tanah sudah gembur, cukup dilakukan penyemprotan dengan herbisida untuk membersihkan gulma, kemudian dilakukan pengolahan tanah minimal (minimum tillage) sepanjang barisan/alur yang akan ditanam (Suryadiningrat 2012).

Persiapan lahan untuk tanaman jagung tidaklah begitu rumit karena jagung tidak memerlukan persyaratan tanah yang khusus. Agar dapat tumbuh optimal tanah harus gembur, subur dan kaya humus. Jenis tanah yang dapat ditanami jagung antara lain ialah andosol (berasal dari gunung berapi), latosol, grumosol, dan tanah berpasir. Pada tanah-tanah dengan tekstur berat (grumosol) masih dapat ditanami jagung dengan hasil yang baik dengan pengolahan tanah secara baik. Sedangkan untuk tanah dengan tekstur lempung/liat (latosol) berdebu adalah yang terbaik untuk pertumbuhannya. Tanah dengan kemiringan kurang dari 8 % pun dapat ditanami jagung, karena disana kemungkinan terjadinya erosi tanah sangat kecil. Sedangkan daerah dengan tingkat kemiringan lebih dari 8 %, sebaiknya dilakukan pembentukan teras dahulu (Putro 2012).

B.    Pemilihan dan Perhitungan Kebutuhan Benih

Daya  berkecambah  merupakan  salah  satu  perameter  mutu  benih  yang  sangat  penting. Waktu atau hari pengamatan daya berkecambah sesuai acuan metoda ISTA (International Seed Testing Association) ada beberapa kali. Pada metode ini, hitungan awal perkecambahan ditentukan berdasarkan nilai puncak kecepatan berkecambah, yang kemudian dibuat grafik hubungan kecepatan berkecambah dengan periode perkecambahan benih.  Hitungan awal merupakan titik puncak/nilai maksimal kecepatan berkecambah. Hitungan akhir diperoleh dengan menghitung daya berkecambah komulatif.  Hitungan akhir merupakan puncak perkecambahan (peak germination) yang diperoleh dari titik singgung garis tangensial dengan kurva perkecambahan kumulatif pada grafik hubungan daya berkecambah kumulatif dengan periode perkecambahan (Humandini 2010).

Benih yang baik untuk ditanam ialah benih yang memiliki daya kecambah tinggi. Daya berkecambah suatu benih dapat diartikan sebagai mekar dan berkembangnya bagian – bagian penting dari suatu embrio suatu benih yang menunjukkan kemampuannya untuk tumbuh secara normal pada lingkungan yang sesuai. Dengan demikian pengujian daya kecambah benih ialah pengujian akan sejumlah benih, berupa persentase dari jumlah benih tersebut yang dapat atau mampu berkecambah pada jangka waktu yang telah ditentukan (Danuarti 2005).

Benih yang bermutu menjanjikan produksi yang baik dan bermutu pula jika diikuti dengan perlakuan agronomi yang baik dan input teknologi yang berimbang. Kondisi keseragaman genetik benih menyebabkan tanaman yang bersangkutan rapuh genetik (genetically vuniravle) artinya jika berkembang ras baru patogen yang mmenyerang gen utama sebelumnya, maka akan menyebabkan seluruh varietas yang awalnya tahan, menjadi peka terhadap patogen yang bersangkutan. Hampir seluruh tanaman yang bernilai ekonomi penting, ketika dilaksanakan pemuliaan tanaman kearah keseragaman genetik yang intensif adalah rapuh genetik (Makmur 2003).

Pada persiapan menanam kacang tanah perlu dilakukan seleksi  biji  setelah  pemipilan  dimaksudkan  untuk memisahkan biji yang kecil dari yang besar, biji yang rusak dengan yang baik. Diusahakan benih yang homogen (sama) ditanaman dalam hamparan yang sama. Persyaratan polong kacang tanah yang dapat dipilih sebagai calon bibit adalah polong tua betul, kulit  buah  setelah  kering  keras  tidak  mudah terkupas, urat-urat  polong  sangat  nyata,  bila  ditekan akan  mudah  pecah. Setelah  polong dikupas  kulit  dari  biji mengkilat  berwarna  merah  atau  putih,  dan polong  bagian dalam,  kelihatan  alurnya  bintik-bintik  kehitaman  atau  agak coklat, serta diusahakan  calon  benih  harus  diatas  3  biji  per polong (Pajow et al 2006).

Pemilihan benih sangat penting sebelum benih ditanam. Hal ini dikarenakan adanya faktor dalam yang mempengaruhi perkecambahan benih yaitu tingkat kemasakan benih, ukuran benih, dan dormansi. Benih yang sudah  dipanen sebelum tingkat kemasakan fisiologisnya tercapai tidak mempunyai viabilitas yang tinggi karena belum memiliki cadangan makanan yang cukup serta pembentukan embrio belum sempurna. Selain itu, pada benih yang berukuran besar dan berat mengandung cadangan makanan yang lebih banyak dibandingkan dengan yang kecil pada jenis yang sama. Cadangan makanan yang terkandung dalam jaringan penyimpan tersebut digunakan sebagai sumber energi bagi embrio pada saat perkecambahan. Berat benih berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan dan produksi karena berat benih menentukan besarnya kecambah pada saat permulaan dan berat tanaman pada saat dipanen (Purwadi 2011).

C.    PENANAMAN, PEMELIHARAAN DAN PANEN

Kacang tanah
Tanaman kacang tanah merupakan tanaman yang hidup semusim berumur pendek  sekitar 3,5 bulan tergantung ketinggian dan cuaca. Tanaman kacang tanah  berakar tunggang dan membentuk akar  serabut, batang tidak berkayu, berbulu  halus, dan membentuk cabang. Tinggi batang kacang tanah sekitar 50 cm, ada yang bertipe tegak dan ada yang bertipe menjalar. Bunganya merupakan bunga kupu-kupu, tajuk daun berjumlah 5 dan  2 di antaranya  bersatu  berbentuk seperti perahu. Mahkota bunga berwarna kunig kemerahan. Buah berbentuk polong  berada didalam tanah. Buah polong ini berisi 1-4  biji sesuai  varietas, kulit tipis ada yang  berwarna putih dan ada yang merah serta biji berkeping dua (Pitoyo et al 2002).

Usaha untuk mengurangi kompetisi dalam pemanfaatan cahaya matahari dapat dilakukan dengan pengaturan tanam. Pengaturan  tanam  adalah  cara  mengatur  jarak  tanam  atau  letak  tanaman  dengan  maksud  untuk memberikan  ruang  tumbuh  yang  lebih  baik  pada masing-masing  individu  tanaman  sehingga  dapat mengurangi besarnya pengaruh negatif yang ditimbulkan  oleh  tanaman  lainnya  dalam  suatu  pertanaman. Pengaturan tanam dapat dilakukan dalam  baris yaitu  pengaturan  tanaman  dalam  bentuk baris  tunggal  dan  baris  ganda (Buhaira 2007). 

Pada pertanaman, jarak tanam yang terlalu lebar kurang efisien dalam pemanfaatan lahan, bila  terlalu  sempit  akan terjadi  persaingan yang tinggi  yang  mengakibatkan  produktivitas   rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa polong  kacang  tanah  tertinggi dicapai  pada  jarak  tanam  40  x  10  cm.  Efisiensi penggunaan  lahan  dan  waktu tertinggi  dalam  sistem  tumpangsari   kacang  tanah  dan  jagung  yang  didefoliasi dicapai  pada  jarak  tanam  kacang  tanah  40  x  10  cm  pada  musim  kemarau kapanpun waktu defoliasi dilakukan (Kadekoh 2007).

Pada masa pemeliharaan tanaman, seringkali dijumpai OPT (organisme pengganggu tanaman) baik berupa hama, gulma maupun penyakit. Secara  umum,  hama-hama  utama  pada  kacang  tanah antara  lain wereng kacang tanah (Empoasca fasialin), penggerek daun (Stomopteryx subscevivella), ulat jengkal (Plusia chalcites), dan ulat gerayak (Prodenia litura) dan tikus. Pengendalian hama terpadu diperlukan untuk mengatasi hama tersebut. Tujuan  pengendalian  hama  terpadu  dalam  usahatani kacang tanah adalah, managemen  pengendalian sejak dari persiapan  benih,  persiapan  lahan,  pembuatan  bedeng, teknik  tanam,  teknik  menyiang,  sampai  penyimpanan  hasil panen di gudang (Badan Litbang Pertanian 2004).

Umur panen kacang tanah tergantung varietas dan musim tanam. Rata- rata umur panen kacang tanah adalah 90-100 hari atau pada saat masak fisiologis dimana tanda-tandanya adalah : kulit polong mengeras, berserat, bagian dalam berwarna coklat, jika ditekan polong mudah pecah. Cara panen dilakukan secara manual (dicabut), sebelum panen tanah perlu dibasahi dengan diari agar tidak banyak polong yang tertinggal di dalam tanah. Setelah panen, pengeringan dilakukan dengan dijemur pada lantai atau dengan alas tikar selama 5-6 hari dengan matahari terik atau bila musim hujan dengan menggunakan pengering. Pengeringan dilakukan sampai kadar air biji menjadi 10-12 % yang ditandai dengan mudah terkelupasnya kulit biji (Epetani 2013).
 
Jagung

Jagung merupakan tanaman semusim dengan batang tumbuh tegak, berakar  serabut dan mempunyai tinggi antara 1 – 3 m. Tanaman jagung banyak di budidayakan  karena  penyebarannya  sangat  luas,  serta kemampuan tanaman  tersebut untuk mampu  beradaptasi  dengan  baik  pada  berbagai  kondisi  lingkungan. Jagung tumbuh dengan baik di wilayah yang berada pada 580 LU dan 500 LS, sampai ketinggian  lebih dari 3.000 mdpl, dengan  kondisi  curah  hujan  tinggi  sampai rendah, lahan marjinal sampai subur, dan dari wilayah beriklim tropis (panas) sampai sub-tropis (Zubachtirodin et al 2011).

Jagung  merupakan  tanaman  semusim  (annual).  Satu  siklus  hidupnya diselesaikan dalam 80-150  hari. Pada Jagung, varietas unggul mempunyai sifat berproduksi tinggi, umur pendek, tahan serangan penyakit utama dan sifat-sifat lain yang menguntungkan. Varietas unggul ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu jagung hibrida dan varietas jagung bersari bebas. Nama beberapa varietas jagung yang dikenal antara lain Abimanyu, Arjuna, Bromo, Bastar Kuning, Bima, Genjah Kertas, Harapan, Harapan Baru, Hibrida C1 (Hibrida Cargil 1), Hibrida IPB 4, Kalingga, Kania Putih, Malin, Metro, Nakula, Pandu, Parikesit, Permadi, Sadewa, Wiyasa, dan Bogor Composite-2 (Sumarianto 2012).

Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi jagung dapat ditempuh dengan pemberian pupuk. Pemupukan yang biasa dan kebanyakan dilakukan oleh petani hanya melalui     tanah,    sehingga unsur hara yang diberikan diserap oleh akar tanaman, kemudian ditransformasi menjadi bahan-bahan yang berguna bagi pertumbuhan tanaman. Pemupukan melalui tanah tersebut terkadang kurang efektif manfaatnya. Hal ini disebabkan karena beberapa unsur hara telah larut lebih dahulu dan hilang bersama air perkolasi atau mengalami  fiksasi  oleh  koloid  tanah,  sehingga  tidak dapat diserap oleh tanaman jagung. Upaya yang dapat ditempuh agar pemupukan lebih efektif dan efisien adalah dengan menyemprotkan larutan pupuk melalui daun tanaman. Pemberian pupuk daun tersebut dapat memperbaiki pertumbuhan, mempercepat panen, memperpanjang masa atau umur produksi, dan dapat meningkatkan hasil tanaman (Rahmi dan Jumiati 2007).

Menurut Lingga (2003), sebelum melakukan penyemprotan pupuk daun tanaman, konsentrasi yang dibuat harus benar-benar mengikuti petunjuk dalam kemasan. Jika petani membuat konsentrasi yang lebih rendah dari yang dianjurkan, maka untuk mengimbanginya penyemprotan pupuk daun pada suatu jenis tanaman bisa dipercepat atau diperpendek interval waktunya. Salah satu jenis pupuk daun yang mengandung unsur hara makro dan unsur hara mikro ialah pupuk organik cair Super ACI.

Dalam pemeliharaan tanaman jagung sering kali ditemui gangguan hama dan penyakit. Hama pada tanaman jagung tersebut ialah lalat bibit (Atherigona exigua-Stein), Ulat Agrotis (Agrotis sp.), Ulat daun (Prodenia litura F.) dan Penggerek daun (Sesamia inferens WLK), sedangkan Penyakit-penyakit pada jagung di antaranya adalah becak daun (Helminthosporium sp.) dan karat daun (Puccinia sorghi-Sehw). Serangan lalat bibit ini berlangsung sampai tanaman berumur tanaman ± 3 minggu. Ulat daun menyerang pupuk daun pada waktu tanaman berumur 1 (satu) bulan dan penggerek daun menyerang pada waktu tanaman telah berbunga. Tindakan pencegahan dapat dilakukan untuk mengendalikan hama penggerek daun ini dengan penyemprotan segera setelah terlihat adanya telur-telur yang biasanya terletak di bawah daun pada saat menjelang berbunga (Fatkhonudin 2011).





DAFTAR PUSTAKA

Ariyanti, Dwi Cirucs. 2011. Laporan TBT Semester III. http://dwicirucsfpuns. blogspot.no/2011/07/laporan-tbt-semester-iii.html. Diakses pada 8 Mei 2013.
Badan Litbang Pertanian.  2004. Teknologi Budidaya Kacangkacangan dan Umbi-umbian. Badan Litbang Pertanian. Jakarta.
Buhaira. 2007. Respons Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) dan Jagung (Zea mays L.) terhadap Beberapa Pengaturan Tanam Jagung pada Sistem Tanam Tumpangsari. Jurnal Agronomi Vol. 11 No. 1.
Danuarti, 2005.Uji Cekaman Kekeringan Pada Tanaman. Jurnal Ilmu Pertanian Vol. 11 No.1.: 22-31.
Epetani. 2013. Budidaya Kacang Tanah. http://epetani.deptan.go.id/budidaya/ budidaya-kacang-tanah-7891. Diakses pada 8 Mei 2013.

Fatkhonudin. 2011. Laporan Tanaman Jagung. http://ziemensagrobisnis.blog spot.com/panduan-ringkas-budidaya-jagung-hybrida.html. Diakses pada 8 Mei 2013.

Humandini, Amrik. 2010. Validasi Daya Berkecambah pada Pengamatan Pertama dan Terakhir Benih Padi, Jagung, Kedele, dan Kacang Hijau. Balai Besar-PPMBTPH Tapos. Depok.
Kadekoh, I . 2007. Komponen hasil dan hasil kacang tanah berbeda jarak tanam dalam sistem tumpangsari dengan jagung  yang  didefoliasi pada musim kemarau dan musim hujan. J.Agroland 14(1):11-17.
Lingga, P. 2003. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta.
Makmur, Amris. 2003. Pemuliaan Tanaman bagi Lingkungan Spesifik. IPB Press. Bogor.
Minardi, S 2002. Kajian Komposisi Pupuk NPK terhadap Hasil Beberapa Varietas Tanaman Buncis Tegak di Tanah Alfisols. Jurnal Sains Tanah Vol. 2 (1).

Pajow, Stenly K., Arnold C. Turang dan Jeaneke Wowiling. Teknik Budidaya Kacang Tanah. Manado: Departemen Pertanian Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Utara.

Pitoyo,S dan Zumiati. 2002. Tanaman  Bumbu  dan  Pewarna Nabati. Aneka Ilmu. Semarang.
Pudjogunarto, Wartoyo Suwandi. 2011. Agronomi Tanaman Kakao. UNS Press. Surakarta.

Purwadi, Eko. 2011. Seleksi Benih Tahan Kering Melalui Uji PEG. http://www.masbied.com/2011/05/24/seleksi-benih-tahan-kering-melalui-uji-peg/#more-9596. Diakses pada 8 Mei 2013.

 
Putro, Nugroho Sulistyo. Makalah Teknik Budidaya Jagung. http://opensline.blogspot.no/2012/10/makalah-teknik-budidaya-jagung.html. Diakses pada 8 Mei 2013.

Rahmi, Abdul dan Jumiati. 2007. Pengaruh Konsentrasi dan Waktu Penyemprotan Pupuk Organik Cair Super ACI terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung Manis. Jurnal Agritrop 26 (3) : 105 – 109.
Rosliani, R., N. Sumarni, dan I. Sulastrini. 2010. Pengaruh Cara Pengelolaan Tanah dan Tanaman Kacang-kacangan sebagai Tanaman Penutup Tanah terhadap Kesuburan Tanah dan Hasil Kubis di Dataran Tinggi. J. Hort. 20 (1): 36-44.
Sumarianto, I Putu. 2012. Pagan dan Palawija (Seluk Beluk Tanaman Jagung). http://laporanpraktekantok.blogspot.com/2012/06/pagan-dan-palawija-seluk-beluk-tanaman.html. Diakses pada 8 Mei 2013.
Suryadiningrat. 2012. Budidaya Kacang Tanah. http://bp4kkabsukabumi.net/index .php/Pertanian-Tanaman-Pangan/Budidaya-Kacang-Tanah.html. diakses pada 8 Mei 2013.
Zubachtirodin dkk. 2011. Teknologi Budidaya Jagung. Kementerian Pertanian Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Direktorat Budidaya Serealia. Jakarta.