Januari 2013 ~ Berbagi Bersama Dokter Tanaman

Selasa, 08 Januari 2013

Sifat Kimia Tanah


Sifat kimia tanah sangat penting karena mempengaruhi dan menentukan kondisi kesuburan suatu tanah. Mempelajari kimia tanah perlu dilandasi dengan pemahaman terhadap bagian fraksi yang reaktif dalam tanah yang disebut dengan koloid tanah, reaksi tanah (pH), dan kandungan hara tanah, serta status ketersediaan hara bagi tanaman (Madjid 2007). 
Bila ditinjau dari sifat-sifat kimianya, maka koloid dapat dikatakan dapat merupakan suatu garam yang bersifat masam. Zarah kolloidal terdiri dari gugusan kompleks yang bermuatan negatif atau disebut misel (bahasa Inggris: micelle, Microsoil), dan sejumlah berbagai kation yang dijerap misel tersebut. Di daerah humid termasuk Idonesia, kation kalsium aluminium dan hidrogen merupakan yang terbanyak (Minardi dan Sutopo 2000)
Sifat kimia tanah berhubungan pula dengan komposisi mineral tanah. Mineral tanah dibagi menjadi mineral primer dan mineral sekunder. Mineral primer berasal dari batuan beku yang dari segi kimiawinya belum mengalami perubahan, misalnya kuarsa. Mineral ini merupakan sumber utama unsur kimia ataupun juga bahan pokok senyawa anorganik pada tanah. Sedangkan mineral sekunder dan bahan organik yang bertingkatan koloid akan menyusun fraksi tanah yang aktif (Sutedjo dan Kartasapoetra 2005).  
Keasaman atau pH (Potential of hidrogen) adalah nilai pada skala 0-14 yang mengambarkan jumlah relatif ion H+ terdapat ion OH- didalam larutan tanah. Larutan tanah disebut bereaksi asam jika nilai pH berada pada kisaran 0-6, artinya larutan tanah  mengandung ion H+ lebih besar daripada ion OH- sebaliknya jika jumlah ion H+ dalam lautan tanah lebih kecil daripada ion OHlarutan tanah disebut bereaksi basa (alkali) atau miliki pH 8-14. Tanah bersifat asam karena berkurangnya kation Kalsium, Magnesium, Kalium dan Natrium. Unsur-unsur tersebut terbawa oleh aliran air kelapisan tanah yang lebih bawah atau hilang diserap oleh tanaman (Hendra 2010). 
Kalium merupakan unsur hara makro primer bagi tanaman. Keberadaan unsur ini sangat penting untuk pertahanan diri tanaman dari serangan hama dan penyakit dan kekeringan.  Sistem pertanian organik nyata meningkatkan kandungan K tersedia tanah, meskipun pada sistem non pertanian organik ada loka yang menunjukkan K tersedia lebih tinggi, tetapi kemungkinan hal ini terjadi karena baru saja dipupuk KCl. Sistem pertanian organik memungkinkan keseimbangan nutrisi yang lebih baik (Utami dan Handayani 2003).

Referensi:
Minardi, S. dan Sutopo. 2000. Buku Pegangan Kuliah Fakultas Pertanian Dasar-dasar Ilmu Tanah I. Surakarta: Universitas Sebelas Maret
Madjid Abdul. 2007. Klasifikasi Tanah USDA 1975. http://dasar2ilmutanah.blogspot.com/2007/12/klasifikasi-tanah-usda-1975.html. Diakses pada 28 Oktober 2012 pukul 10.55 WIB.
Hendra. 2010. Mengetahui Kesuburan Tanah Vs Pemupukkan. http://ditjenbun.deptan.go.id/benihbun/benih/index.php?option=com_content&task=view&id=178&Itemid=26.  Diakses tanggal 27 Oktober 2012 pukul 13.07 WIB. 
Sutedjo, Mul Mulyani dan A.G. Kartasapoetra. 2005. Pengantar Ilmu Tanah Terbantuknya Tanah dan Tanah Pertanian Edisi Baru. Jakarta: Rineka Cipta.
Utami, Sri Nuryani H dan Suci Handayani. 2003. Sifat Kimia Entisol pada Sistem Pertanian Organik Vol. 10 No. 2 hlm 63-69. Ilmu Pertanian. Yogyakarta

Senin, 07 Januari 2013

Reflektor Pertanian


Matahari merupakan sumber energi terbesar di alam semesta. Energi matahari di radiasikan ke segala arah dan hanya sebagian kecil saya yang diterima oleh bumi. Energi matahari yang dipancarkan ke bumi berupa energi radiasi. Disebut radiasi dikarenakan aliran energi matahari menuju ke bumi tidak membutuhkan medium untuk mentransmisikannya. Energi matahari yang jatuh ke permukaan bumi berbentuk gelombang elektromagentik yang menjalar dengan kecepatan cahaya. Panjang gelombang radiasi matahari sangat pendek dan biasanya dinyatakan dalam mikron (Tjasjono 1995).

Energi panas matahari merupakan salah satu energi yang potensial untuk dikelola dan dikembangkan lebih lanjut terutama bagi negara-negara yang terletak di khatulistiwa termasuk Indonesia yang mataharinya bersinar sepanjang tahun. Energi panas matahari merupakan energi yang tersedia hampir diseluruh bagian permukan bumi dan tidak habis. Energi matahari yang tersedia senilai 81.000 TW, sedangkan yang dimanfaatkan masih sangat sedikit (Purwoko 2009).

Pada kegiatan budidaya pertanian, Pengaruh unsur cahaya menjadi perhatian serius. Hal tersebut dikarenakan hampir semua objek agronomi berupa tanaman hijau yang memiliki kegiatan fotosintesa. Penerapan energi pelengkap dalam bentuk kerja manusia dan hewan, bahan bakar, mesin, alat-alat pertanian, pupuk, dan, obat-obatan tidak lain adalah sebagai usaha untuk meningkatkan proses konversi energi matahari ke dalam bentuk produk tanaman. Tidak semua energi cahaya matahari dapat diabsorpsi oleh tanaman. Hanya cahaya tampak saja yang dapat berpengaruh pada tanaman dalam kegiatan fotosintesisnya. Cahaya itu disebut dengan PAR (Photosynthetic Activity Radiation) dan mempunyai panjang gelombang 400 mili mikron sampai 750 mili mikron. Tanaman juga memberikan respon yang berbeda terhadap tingkatan pengaruh cahaya yang dibagi menjadi tiga yaitu,  intensitas cahaya, kualitas cahaya, dan lamanya penyinaran (Jumin 2008).

Distribusi radiasi elektromagnetik yang diemisikan matahari hampir sama dengan radiasi benda hitam untuk suhu ± 6000 K. Dari persamaan antara spektra matahari dan spektra benda hitam, diperoleh suhu perkiraan dari lapisan permukaan matahari tampak. Akan tetapi karena matahari tidak meradiasikan secara sempurna seperti halnya benda hitam maka akan diperoleh hasil yang sedikit berbeda. Radiasi elektromagnetik cukup terpenting dalam proses pertukaran energi didalam atmosfer. Radiasi ini menjalar dalam bentuk gelombang dengan kecepatan 3 x 1010 cm/detik (Bayong Tjasyono HK 2004). 

Dalam rangka memaksimalkan penerimaan dan pemanfaatan cahaya matahari tersebut diatas, maka dibuatlah alat yang dinamakan reflektor. Reflektor adalah sebuah alat yang digunakan untuk memantulkan cahaya atau sinar matahari guna menambah intensitas sinar yang akan diserap atau digunakan oleh tanaman untuk fotosintesis. Reflektor atau alat pemantul biasanya berwarna cerah dengan permukaan yang halus (Silver atau Putih). Tinggi reflektor disesuaikan dengan tinggi tanaman atau tinggi tajuk daun sehingga sinar yang dipantulkan pas mengenai daun.

sama dengan alat-alat lainnya, Reflektor memiliki keunggulan dan kekurangan.  Keunggulan dari reflektor ialah  saat unsur hara, air dan zat-zat yang dibutuhkan tanaman cukup di dalam tanah dan dapat diserap oleh akar maka tanaman yang menggunakan reflektor akan lebih cepat pertumbuhannya karena proses fotosintesis berjalan sangat optimal dan bahan yang digunakan fotosintesis pun cukup. Jika proses fotosintesis cukup maka hasil atau energi yang didapatkan tanaman untuk tumbuh akan lebih banyak sehingga proses pertumbuhannya cepat. Kekurangan atau kelemahan penggunaan reflektor ini ialah  jika bahan yang dibutuhkan untuk fotosintesis terbatas, maka keberadaan dari reflektor justru akan mengakibatkan kekeringan pada tanaman karena tanaman berfotosintesis banyak tapi bahannya sedikit sehingga memicu respirasi yang berlebihan.

Tidak selamanya intensitas cahaya pada tanaman yang diberi reflektor tinggi karena sinar matahari juga dipengaruhi oleh kondisi awan dan naungan disekitar tanaman yang akan menghalangi sinar matahari jatuh ke permukaan reflektor. Pada tanaman tahunan perbedaan yang terlihat mungkin tidak cukup signifikan karena tanaman tahunan melakukan proses pertumbuhan secara perlahan lahan, berbeda dengan tanaman semusim tentu perbedaannya akan terlihat sangat nyata. Proses fotosintesis pada tanaman juga tidak sepenuhnya hanya bergantung pada intensitas cahaya tetapi juga pada lebar daun, permukaan daun dan keadaan angin serta faktor lain yang mempengaruhi

Percobaan Penggunaan Reflektor Sederhana Pada Tanaman Sirsak
Referensi:
HK, Tjasyono Bayong. 2004. Klimatologi. Bandung: Penerbit ITB.
Jumin, H.B 2008. Dasar-Dasar Agronomi. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada
Purwoko. 2009. Pengukuran Kemampuan Penyerapan Panas Matahari dengan Reflektor Model Kanal. Politeknik Jurnal Teknologi.   8 (1): 35-41
Tjasjono. 1995. Klimatologi Umum. Bandung: Penerbit ITB.


Minggu, 06 Januari 2013

Unsur-unsur Cuaca


Cuaca dalah kondisi atmosfer suatu daerah yang sempit dan dalam waktu yang relatif singkat.  Unsur-unsur Cuaca ada beberapa yaitu:

A. Radiasi Surya

Matahari adalah sumber energi pada peristiwa yang terjadi dalam atmosfer yang dianggap penting bagi sumber kehidupan. Energi matahari merupakan penyebab utama dari perubahan dan pergerakan dalam atmosfer sehingga dianggap sebagai pengendali iklim dan cuaca yang besar. Matahari merupakan suatu benda yang mempunyai suhu permukaan sekitar 6000 K, sedangkan suhu permukaan bumi sekitar 300 K (Ance Gunarsih Kartasapoetra 2006).

Radiasi surya merupakan unsur iklim/cuaca utama yang akan mempengaruhi keadaan unsur iklim/cuaca lainnya. Perbedaan penerimaan radiasi surya antar tempat di permukaan bumi akan menciptakan pola angin yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap kondisi curah hujan, suhu udara, kelembaban nisbi udara, dan lain-lain. Pengendali iklim suatu wilayah akan sangat berbeda dari pengendali iklim di bumi secara menyeluruh.Pengendali iklim bumi yang dikenal sebagai komponen iklim terdiri dari lingkungan atmosfer, hidrosfer, litester, kriosfer, dan biosfer. Dalam hal ini akan terjadi hubungan interaksi dua arah di antara ke lima jenis lingkungan tersebut dengan unsur iklim/cuaca. Kondisi iklim/cuaca akan mempengaruhi proses-proses fisika, kimia, biologi, ekofisiologi, dan kesesuaian ekologi dari komponen lingkungan yang ada (LIPI 2008).

Lama Radiasi surya diukur dengan Sunshine recorder tipe campbell stokes. Dalam keadaan cerah intensitas sinar matahari mampu membakar kertas pias sunshine recorder tipe Campbell Stokes. Sejak tahun 1962 alat tipe  campbel stokes oleh WMO (World Meteorology Organisation) ditentukan sebagai alat baku untuk mengukur lama penyinaran matahari. Biasanya alat dipasang pada pilar beton setinggi 1,2 m bahkan dapat terpisah jauh dari stasiun iklim dan dipasang diatas atap  bangunan yang datar (Gunawan Nawawi 2001).

Prinsip kerja alat ini adalah lensa  menangkap sinar matahari dan sinar terusannya yang terkonsentrasi dapat membakar pias yang diletakan di bagian bawahnya. Panjang pias yang terbakar akan sesuai dengan lamanya matahari bersinar cerah yang menandakan panjangnya atau lama penyinaran matahari pada hari yang bersangkutan.  Oleh karena itu Penangkapan sinar matahari oleh alat akan dipengaruhi oleh lintang tempat dan kedudukan pemasangan alat terhadap lintasan gerakan matahari. Sehubungan dengan lintang tempat ini alat ukur Campbell  Stokes dirancang berbeda , yaitu (1) untuk daerah equator dan (2) untuk daerah lintang besar. Demikian pula kertas piasnya (Gunawan Nawawi 2001).  

Untuk daerah sekitar khatulistiwa dimana lintasan matahari relatif tegak lurus bumi dan panjang harinya relatif sama sepanjang tahun, pias yang digunakan cukup satu macam, yaitu pias lurus. Sedangkan untuk daerah yang terletak di lintang yang besar yang mempunyai lebih dari 2 musim, kertas pias yang digunakan ada 3 bentuk, yaitu pias lurus, pias lengkung  panjang dan pias lengkung pendek dengan ketentuan pemasangan sebagai berikut :  

Bentuk kertas pias
Tanggal penggunaan
Belahan bumi utara
Belahan bumi selatan
Lengkung panjang
Pias lurus

Lengkung pendek

Pias lurus
11 April - 31 Agustus
1 September - 10 Oktober
11 Oktober - 28 Februari
1 Maret - 10 April
11 Oktober - 28 Februari
1 Maret - 10 April

11 April - 31 Agustus

1 September - 10 Oktober
Untuk memperoleh hasil pembakaran yang baik ini bola lensa juga  perlu diatur kemiringannya sesuai dengan lintang tempat alat dipasang, sehingga lengkung tempat pias akan sejajar ekuator, misalnya alat dipasang di suatu tempat dengan lintang x° Lintang  Selatan (LS), maka kemiringan bila diatur x ° ke arah Utara (Gunawan Nawawi 2001).

Radiasi matahari mempunyai peranan yang sangat penting dalam bidang pertanian, karena radiasi matahari merupakan sumber energi dalam proses fotosintesa bagi tanaman berhijau daun. Dari sejumlah radiasi matahari yang sampai di permukaan bumi, hanya 1-2% saja yang digunakan untuk proses fotosintesa. Menurut Chang laju fotosintesa akan meningkat dengan peningkatan intensitas cahaya, sedangkan respon tanaman terhadap tingkatan intensitas cahaya berbeda-beda tergantung pada spesies masing-masing. (Ariffin dkk. 2010).

B. Tekanan Udara

Tekanan udara di suatu tempat merupakan gaya yang diberikan oleh udara atmosfer pada setiap luasan tertentu atau berat udara per satuan luas. Besarnya berat udara dipengaruhi oleh kerapatan atau kepadatan udara itu sendiri.  Semakin tinggi suatu tempat, maka tekanan udara semakin berkurang. Tekanan udara diatas permukaan laut dikatakan sebagai tekanan normal (Ariffin dkk. 2010).

Tekanan 1 atm disebut sebagai tekanan normal. Tekanan udara semakin berkurang seiring dengan bertambah tingginya suatu tempat. Sebagai ketentuan, tiap naik 300 m tekanan udara akan turun 1/30 kali. Tekanan udara mengalir dari tempat yang mempunyai tekanan tinggi ke tempat yang memiliki tekanan lebih rendah, dapat secara vertikal atau horizontal (Wuryatno 2000).

Tekanan udara akan berbanding terbalik dengan ketinggian suatu tempat sehingga semakin tinggi tempat dari permukaan laut semakin rendah tekanan udarannya. Kondisi ini karena makin tinggi tempat akan makin berkurang udara yang menekannya (Iwan Gatot Sulistyanto 2009).

Alat yang digunakan untuk mengukur tekanan udara ialah barometer. Terdapat dua macam barometer yakni Barometer air Raksa Torecelli dan barometer logam Aneroid. (Ariffin dkk. 2010). Namun yang digunakan pada praktikum ini adalah barometer logam aneroid. Barometer Logam “Aneroid” Barometer logam biasanya dipakai sebagai barograf (alat yang dapat menunjukkan angka tekanan udara secara otomatis). Di dalam alat ini terdapat pegas atau per yang peka terhadap perubahan tekanan udara. Perubahan tekanan udara di atmosfer dapat dipantau oleh perubahan ketegangan pegas, selanjutnya dihubungkan dengan jarum yang bergerak bebas, yang menunjukkan angka tekanan udara tertentu. Barometer logam ini ternyata banyak digunakan daripada barometer air raksa, karena komposisi dan penggunaanya sangat mudah (Ariffin dkk. 2010).

Pengaruh tekanan udara terhadap kehidupan di permukaan bumi ialah kecil. Perubahan tekanan udara lebih berpengaruh terhadap pergerakan massa udara atau angin. Karena tekanan udara berfungsi sebagai pengendali terhadap angin, maka selanjutnya angin merupakan pengendali langsung terhadap penguapan, suhu, dan curah hujan yang cukup berperan terhadap kehidupan di permukaan bumi (Anonim1 2009).

C. Suhu Udara dan Suhu Tanah

Suhu adalah derajat panas atau dingin yang diukur berdasarkan skala tertentu dengan menggunakan termometer. Satuan suhu yang biasa digunakan adalah derajat celcius (oC). Sedangkan di Inggris dan beberapa negara lainnya dinyatakan dalam derajat fahrenheit (oF).  Satuan lain yang bisa digunakan untuk menyatakan suhu ialah Kelvin (K) dan reamur (oR) (Ance Gunarsih kartasapoetra 2006).

Di bidang pertanian suhu udara yang perlu diketahui adalah suhu udara pada ketinggian rendah dan umumnya mengacu pada temperatur yang diukur di ruangan atau sangkar cuaca yang dipasang pada ketinggian 1,5 – 2,0 meter (Gunawan Nawawi 2001). Pengukuran suhu udara untuk kepentingan Klimatologi harus terhindar dari beberapa macam gangguan baik yang bersifat lokal maupun hal lain yang dapat mengurangi kemurnian suhu atmosfer. Untuk keperluan ini dibuatlah sebuah kotak putih yang dinamakan sangkar cuaca. Di dalam sangkar cuaca sebaiknya diletakkan termometer bola kering dan bola basah serta terometer maksimum dan minimum (Ariffin dkk. 2010).  

Pengukuran suhu tanah di stasiun klimatologi pertanian umumnya dilakukan pada berbagai kedalaman. Kedalaman yang biasa digunakan sebagai patokan, yaitu 5 ; 10 ; 20; 50 dan 100 cm dari permukaan tanah. Pengukuran dilakukan pada tanah berumput pendek dan pada areal terbuka. (Ariifin dkk. 2010). 

Temperatur tanah beragam dalam suatu pola yang khas yang didasari harian atau dasar musim. Sehingga suhu tanah mempengaruhi kegiatan fisiologis tanaman. Kedua fluktuasi terbesar pada permukaan tanah dan menurun dengan bertambahnya kedalaman tanah. Di bawah kedalaman sekitar 3 m temperatur sedikit tetap (Foth 1991).

Suhu tanah berkaitan dengan kedalaman akar tanaman. Fluktuasi suhu di dalam tanah akan mempengaruhi kegiatan akar tanaman dalam mengisap air terutama pada tanaman yang mempunyai akar dangkal. Untuk tanaman muda maka gelombang suhu tanah terutama daur suhu harian akan berpengaruh pada aktivitas akar karena gelombang suhu harian mempunyai amplitudo yang cukup besar (Bayong Tjasyono 2004). 

Pengaruh suhu terhadap makhluk hidup sangat besar sehingga pertumbuhannya sangat bergantung padanya, terutama dalam kegiatannya. Suhu maksimum adalah suhu tertinggi dimana suatu tanaman masih dapat tumbuh. Suhu minimum adalah suhu terendah dimana tanaman masih dapat hidup, sedangkan suhu optimum adalah suhu terbaik yang dibutuhkan tanaman di mana proses pertumbuhannya dapat berjalan lancar. Batas suhu tersebut dikenal dengan suhu kardinal (Ance Gunarsih Kartasapoetra 2006). 

D. Kelembaban Udara dan Tanah

Kelembaban udara ialah nilai nisbah  antara uap air yang terkandung dan daya kandung maksimum uap air di udara pada suatu suhu dan tekanan tertentu, yang dinyatakan dalam persen. Kelembaban udara dalam pengamatan klimatologi dinyatakan sebagai kelembaban nisbi atau RH  (Relative humidity) (Ariffin dkk. 2010). Kelembaban udara mencakup kelembaban mutlak, kelembaban spesifik dan kelembaban relatif (Ance Gunarsih Kartasapoetra 2006).   

Keberadaan tanaman dapat mempengaruhi kelembaban. Areal perkebunan dengan tanaman tinggi (perkebunan karet) mempunyai kelembaban lebih tinggi daripada areal yang ditanami tanaman rendah  (pertanaman sayuran). Lingkungan di bawah naungan pohon juga lebih lembab bila dibandingkan dengan daerah terbuka sebab uap air yang dikeluarkan tanaman akan menambah kelembaban udara  (Gunawan Nawawi 2001). 

Faktor cuaca yang paling dominan dan berpengaruh langsung terhadap produktivitas tanaman adalah kelembaban udara. Semakin tinggi kelembaban udara udara dapat menyebabkan produktivitas tanaman menurun. Kelembaban udara disamping berpengaruh langsung juga berpengaruh tidak langsung terhadap produktivitas melalui evaporasi dan selanjutnya. Kelembaban udara dipengaruhi secara langsung oleh curah hujandan hari hujan maka kelembaban makin meningkat yang mengakibatkan penurunan produktivitas tanaman (Herlina 2003)

Besarnya kelembaban suatu daerah merupakan faktor yang dapat menstimulasi curah hujan. Di Indonesia, kelembaban udara tertinggi dicapai pada musim hujan dan terendah pada musim kemarau. Besarnya kelembaban disuatu tempat pada suatu musim erat hubungannya dengan perkembangan organisme terutama jamur dan penyakit tumbuhan, misalnya penyakit blister blight (Ance Gunarsih Kartasapoetra 2006) 

Pengaruh kelembaban udara terhadap tanaman tampak pada perubahan stomata (mulut daun), menjadi terbuka atau tertutup. Dilingkungan yang mempunyai kelembaban tinggi, stomata akan tertutup sehingga CO 2 yang menjadi bahan pokok dalam proses fotosintesis tidak dapat masuk ke dalam daun. Akibatnya penguapan yang terjadi tidak  berlebihan. Sebaliknya bila dalam lingkungan dengan kelembaban rendah, penguapan yang terjadi lebih banyak. Hal inilah yang menyebabkan perbedaan syarat tumbuh tanaman :cocok untuk lingkungan berkelembaban tinggi atau rendah.  Namun, perbedaan ini tidaklah mutlak karena dalam lingkungan ekstrim pun masih ada tanaman yang mampu beradaptasi. (Gunawan Nawawi 2001).

Kelembaban mempengaruhi evapotranspirasi dan jumlah air. Kelembaban banyak hubungannya dengan suhu, curah hujan, dan angin, sehingga harus diadakan beberapa tinjauan. Hubungan antara unsur-unsur iklim tersebut, misalnya suhu udara dengan curah hujan memberikan dasar pada distribusi iklim dan tanaman (Bayong Tjasyono 2004).

E. Curah Hujan

Selain suhu, faktor yang penting dari iklim adalah curah hujan yang disebut pula presipitasi. Sebenarnya sebutan ini lebih luas cakupannya. Cakupannnya meliputi endapan air, salju, salju keras, butiran es sampai batu es, akan tetapi juga endapan kabut dan embun    (Darldjoeni  2000). Curah hujan ialah jumlah air yang jatuh pada permukaan tanah selama periode tertentu bila tidak terjadi penghilangan oleh proses evaporasi, pengaliran dan peresapan, yang diukur dalam satuan tinggi. Tinggi air hujan 1 mm berarti air hujan pada bidang seluas 1m2  berisi 1 liter atau : 100 x 100 x 0,1 = 1 liter (Ariffin dkk. 2010)  

Unsur-unsur hujan yang harus diperhatikan dalam mempelajari curah hujan ialah: jumlah curah hujan, hari hujan dan intensitas atau kekuatan tetesan hujan. WMO menganjurkan penggunaan satuan millimeter sampai ketelitian 0,2 mm. Jenis alat penakar yang umum digunakan untuk curah hujan ialah tipe Ombrometer (tipe Observatorium). Penakar ini paling banyak digunakan di stasiun klimatologi, yang terdiri dari corong (mulut penampung air hujan), yang luasnya 100 cm2  dengan garis tengah luarnya ialah 11,3 cm.  Bagian dasar dari corong tersebut terdiri dari pipa sempit yang menjulur ke dalam tabung kolektor dan dilengkapi dengan kran. Air yang ditampung dalam tabung kolektor dapat diketahui bila kran dibuka kemudian air diukur dengan gelas ukur.  Ada gelas ukur yang mempunyai skala khusus, yaitu langsung dapat menunjukkan jumlah curah hujan yang terjadi, tetapi apabila menggunakan gelas ukur biasa, maka setiap 10 cm3  setara dengan curah hujan sebesar 1 mm (Ariffin dkk. 2010).  

Curah hujan dan suhu merupakan unsur iklim yang sangat penting bagi kehidupan di bumi. Jumlah curah hujan dicatat dalam inci atau milimeter (1 inci = 25,4 mm). Jumlah curah hujan 1 mm, menunjukkan tinggi air hujan yang menutupi permukaan 1 mm, jika air tersebut tidak meresap ke dalam tanah atau menguap ke atmosfer (Bayong Tjasyono 2004). 

Curah hujan sangat berpengaruh terhadap tanah dan tanaman. Terhadap tanah, curah hujan mempengaruhi pengikisan dan pencucian hara tanah serta mendorong penggumpalan tanah liat. Sedangkan terhadap tanaman, curah hujan mempengaruhi persediaan air tanah yang dibutuhkan tanaman melaui siklus hidrologi (Ance Gunarsih Kartasapoetra, 2006). 

F. Angin

Angin ialah gerak udara yang sejajar dengan permukaan bumi. Udara bergerak dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah yang bertekanan rendah. Angin diberi nama ssuia dengan dari arah mana angin datang, misalnya angin timur adalah angn yang datang dari arah timur, angin laut adalah angin yang bertiup dari laut ke darat, dan angin lembah adalah angin yang datang dari lembah menaiki pegunungan (Bayong Tjasyono 2004)

Angin terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara atau perbedaan suhu udara pada suatu daerah atau wilayah. Hal ini berkaitan dengan besarnya energi panas matahari yang di terima oleh permukaan bumi. Pada suatu wilayah, daerah yang menerima energi panas matahari lebih besar akan mempunyai suhu udara yang lebih panas dan tekanan udara yang cenderung lebih rendah. Perbedaan suhu dan tekanan udara akan terjadi antara daerah yang menerima energi panas lebih besar dengan daerah lain yang lebih sedikit menerima energi panas, yang berakibat akan terjadi aliran udara pada wilayah tersebut (Sriharto 2000).

Gerakan angin berasal dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah yang bertekanan rendah. Angin juga mempunyai arah dan kecepatan. Arah angin dilihat dari mana arah angin itu datang, misalnya dari barat yang disebut angin barat (Ance Gunarsih Kartasapoetra 2006). 

Alat  yang digunakan  untuk mengetahui arah angin dinamakan Wine Vane.  Alat ini terdiri dari sebuah jarum penunjuk berbentuk anak panah yang dapat bergerak bebas sesuai dengan arah atau hembusan angin.  Alat ini dilengkapi dengan penunjuk arah mata angin: utara, timur, selatan dan barat. Cara pengematan arah angin dengan melihat kemana arah jarum yang berbentuk panah itu menunjukkan posisinya (Ariffin ddk. 2010).  Sementara itu, kecepatan angin yang bertiup dipengaruhi oleh gradien barometris, relief permukaan bumi, ketinggian tempat, letak lintang serta panjang siang dan malam. Kecepatan angin diukur dengan anemometer. Alat ini terdiri atas tiga cangkir (cup) yang dipasang pada ujung tangkai secara horizontal. Bila angin bertiup maka cangkir akan berputar. Perputaran cangkir menyebabkan bagian tengah juga berputar dan kecepatan angin dapat diketahui. Kecepatan angin diukur dalam satuan knots atau kilometer/jam, kadang-kadang ditunjukkan dengan skala Beaufort (Ani Anjani dan Tri Haryanto 2009).

Angin memliki pengaruh yang penting juga untuk pertanian. Adanya angin, akan membantu proses penyebaran tepung sari dalam proses pembuahan. Selain itu, angin juga akan mempercepat hilangnya air dan cenderung mengeringkannya (evaporasi), serta bisa mendorong terkikisnya (erosi) tanah yang terbuka (Ance Gunarsih Kartasapoetra, 2006). Erosi angin pada dasarnya disebabkan pengaruh angin pada partikel-partikel yang ukurannya cocok untuk bergerak dengan saltasi. Erosi angin dapat dikendalikan; (1) Bila partikel-partikel tanah dapat dibentuk ke dalam kelompok/butiran yang terlalu besar ukurannya untuk bergerak dengan saltasi, (2) Bila kecepatan angin dekat permukaan tanah dapat dikurangi melalui penggunaan tanah, oleh tanaman tertutup, (3) Dengan menggunakan jalur-jalur tunggul/tanaman penutup lain yang cukup untuk menangkap dan menahan partikel-partikel yang bergerak dengan saltasi  (Foth 1994).

G. Evaporasi

Penguapan adalah proses perubahan air dari bentuk cair menjadi bentuk gas (uap). Ada dua macam penguapan, yaitu evaporasi (penguapan air secara langsung dari lautan, danau, sungai, dll) dan transpirasi (penguapan air dari tumbuh-tumbuhan dan lain-lain, makhluk hidup). Gabungan antara evaporasi dan transpirasi disebut evapotranspirasi (Wuryanto dkk.  2000). 

Evaporasi merupakan proses perubahan dari bentuk cairan menjadi uap air ke atmosfer, baik yang terjadi pada permukaan daratan, perairan maupun vegetasi.  Transpirasi ialah proses penguapan sejumlah air ke atmosfer yang terjadi pada jaringan tanaman.  Sedangkan evapotranspirasi (ET) ialah gabungan dari proses evaporasi dan transpirasi, dan sering terjadi pada tanah yang bervegetasi. Proses evapotranspirasi terdiri atas evapotranspirasi potensial dan aktual. Evapotranspirasi potensial trjadi pada daerah pertanaman dengan kandungan air tanah pada tingkat kapasitas lapang.  Sebaliknya jika keadaan tanah kurang dari kapasitas lapang disebut evapotranspirasi aktual. (Ariffin dkk., 2010)

Evapotranspirasi merupakan proses yang sangat penting bagi tanaman. Metabolisme tanaman berlangsung jika evapotranspirasi terjadi.  Evapotranspirasi adalah proses gerakan air dari sistem tanah ke tanaman kemudian ke atmosfir (transpirasi) dan gerakan air dari sistem tanah ke permukaan tanah kemudian ke atmosfir (evaporasi).  Secara umum evapotranspirasi aktual (E) dapat dirumuskan sbb :  
E = k . [ ψ tanah - ψ atmosfir]/R
dimana k konstanta, ψ tanah, potensial air tanah, ψ atmosfir, potensial air di atmosfir, R, resultan tahanan tanaman dan permukaan tanah   (Eko Sulistyo dkk. 2005).

Pengaruh radiasi matahari yang kuat, akan meyebabkan penguapan pada tanah pada kawasan yang dibuka. Penguapan-penguapan yang terjadi pada musim hujan tidak akan terlalu berpengaruh pada tanah karena tanah yang diguyur kembali oleh air hujan pada waktu siang harinya. Penguapan-penguapan yang hebat terjadi pada musim kemarau, akan sangat berpengaruh pada tanah, tanah menjadi kering karena selama musim itu tidak ada pengembalian air dari udara dalam bentuk curah hujan (Ance Gunarsih Kartasapoetra 2006). 

Alat yang digunakan untuk mengukur evaporasi ialah Panci Evaporimeter kancah kelas A berbentuk seperti bak dengan permukaan bulat berdiameter 120,7 cm dan tinggi 25 cm. Alat ini diletakkan di atas kerangka kayu bercat putih dengan rongga yang cukup pada bagian bawahnya. Bak selalu terisi air bersih setinggi 20 cm (sejajar dengan ujung paku penunjuk yang terdapat di dalam tabung peredam riak). Pada dasarnya evaporimeter menunjukkan nilai penguapan dari suatu genangan air bersih di atmosfer terbuka. Pengamatan dilakukan secara rutin pada waktu  yang telah ditentukan. Nilai penguapan dapat dihitung dengan mengaitkan beberapa millimeter jumlah curah hujan yang terjadi. Penggunaaan alat evaporimeter dimaksudkan agar mampu mengikuti perubahan cuaca terutama radiasi matahari setiap hari (Ariffin dkk., 2010).

H. Awan

Awan merupakan kumpulan titik-titik air yang banyak jumlahnya dan terletak pada titik kondensasi serta melayang-layang tinggi di udara. Awan ini terbentuk apabila pengembunan tidak dekat dengan permukaan tanah. Setiap jenis awan mempunyai kelembaban dan suhu masing-masing. Untuk terjadinya hujan perlu adanya awan cumulus, sedangkan awan cumulo nimbus mengakibatkan hujan besar (Ance Gunarsih Kartasapoetra 2006). 

Menurut Benyamin Lakitan (1994), terjadinya awan ini dapat disebabkan oleh adanya inti-inti kondensasi yang banyak sekali pada ruang yang basah. Adanya kenaikan tingkatan kelembaban relatif dengan disertai banyak inti-inti kondensasi atau sublimasi dan  adanya pendinginan.  Sehingga hasil kondensasi tersebut akan terkumpul terbentuk awan. 

Awan kumulus adalah awan yang bentuknya seperti bunga kol. Awan ini terjadi karena proses konveksi. Secara lebih rinci awan ini terbagi dalam 3 jenis, yaitu: strato kumulus yaitu awan kumulus yang baru tumbuh, kumulus, dan kumulonimbus yaitu awan kumulus yang sangat besar dan mungkin terdiri beberapa awan kumulus yang bergabung menjadi satu (Suroso 2005).

Awan Stratus adalah awan yang berwarna keabu-abuan yang biasanya menutupi seluruh langit. Kita menyebutnya langit mendung.Awan ini mirip kabut yang tak mencapai tanah.Terkadang gerimis mengiringi awan stratus.Kalau menghasilkan hujan, namanya adalah nimbo stratus.Kalau kamu lihat, awan itu sering berupa gabungan dari jenis-jenis di atas. Cirrus, misalnya, bisa menjadi pertanda badai akan datang, bila awan menebal menjadi cirro stratus yang menutupi langit (Rachmad Jayadi 2000).

Awan cirrus berbentuk seperti serabut atau bulu ayam yang halus memanjang di langit. Awan Cirrus mempunyai ketinggian antara 7–13 km. Suhu awan Cirrus sangat rendah, bisa beberapa derajat di bawah 0°C. Awan Cirrus terdiri atas kristal-kristal es yang sangat kecil dan berwarna putih bersih (Eni Anjayani dan Tri Haryanto, 2009). Sering pula terdapat kristal es tapi tidak dapat menimbulkan hujan(Ariffin dkk. 2010).

Adanya awan akan mencegah radiasi penuh matahari mencapai permukaan bumi, akan mengurangi masukan energi dan dengan demikian memperlambat  proses evaporasi.  (Wilson 1993).

Referensi :
Anjayani, Eni dan Tri Haryanto. 2009. Geografi: untuk Kelas X SMA/MA. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Ariffin dkk. 2010. Modul Praktikum klimatologi. Malang: Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.
Bayong Tjaysono. 2004. Penuntun Praktikum Agroklimatologi. Program Studi Agronomi. Medan: Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Benyamin, Lakitan. 1994. Dasar-Dasar Klimatologi. Jakarta: PT.  Raja Grafindo Persada
Darldjoeni. 2000. Prinsip Kerja Peralatan Klimatologi. Jakarta: UT
Foth, Henry D. 1991. Dasar-Dasar Ilmu Tanah edisi ke-7. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Foth, Henry D. 1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah edisi ke-6. Jakarta: Erlangga.
Herlina.2003. Jurnal Ilmu-ilmu Hayati. Malang: Universitas Brawijaya. 
Kartasapoetra, Ance Gunarsih. 2006. Klimatologi: Pengaruh Iklim terhadap Tanah dan Tanaman Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara.
LIPI. 2008. Agroklimatologi – Alat dan Prinsip Kerja. http://www.lipi.go.id . diakses pada 20 November 2012
Nawawi, Gunawan. 2001. Pengantar Klimatologi Pertanian. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Menengah Kejuruan Departemen Pendidikan Nasional.
Sulistyanto, Iwan Gatot. 2009. Geografi 1: untuk Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah Kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Sulistyono, Eko dkk. 2005. Defisit Evapotranspirasi sebagai Indikator Kekurangan Air pada Padi Gogo (Oryza sativa L.) (33) (1) 6 – 11 (2005). Bul. Agron. Bogor


Sabtu, 05 Januari 2013

Karakteristik Tanah Latosol atau Inceptisol


Tanah Latosol disebut juga sebagai tanah Inceptisol. Tanah ini mempunyai lapisan solum tanah yang tebal sampai sangat tebal, yaitu dari 130 cm sampai 5 meter bahkan lebih, sedangkan batas antara horizon tidak begitu jelas. Warna dari tanah latosol adalah merah, coklat sampai kekuning-kuningan. Kandungan bahan organiknya berkisar antara 3-9 % tapi biasanya sekitar 5% saja. Reaksi tanah berkisar antara,   pH 4,5-6,5 yaitu dari asam sampai agak asam. Tekstur seluruh solum tanah ini umumnya adalah liat, sedangkan strukturnya remah dengan konsistensi  adalah gembur. Dari warna bisa dilihat unsur haranya, semakin merah biasanya semakin miskin. Pada umumnya kandungan unsur hara ini dari rendah sampai sedang. Mudah sampai agak sukar merembes air, oleh sebab itu infiltrasi dan perkolasinya dari agak cepat sampai agak lambat, daya  menahan air cukup baik dan agak tahan terhadap erosi. 
Tanah Latosol atau Inceptisol
Daerah penyebaran dari tanah latosol atau inceptisol ini yaitu didaerah dengan tipe iklim Afa-Ama (menurut Koppen), sedangkan menurut Schmidt-Fergusson pada tipe hujan A, B, dan C dengan curah hujan sebesar 2000-7000 mm/tahun, tanpa atau mempunyai bulan-bulan kering  yang kurang dari 3 bulan. Tanah ini terdapat didaerah abu, tuf dan fan vulkan, pada ketinggian 10-1000 metaer dari permukaan laut, dengan bentuk wilayah yang berombak, bergelombang, berbukit hingga bergunung. Daerah penyebarannya terutama di Sumatera dan sulawesi, tetapi dalam areal yang tidak begitu luas terdapat pula di kalimantan tengah dan selatan, kep. Maluku, minahasa, jawa barat, jawa tengah, jawa timur, dan bali. Kebanyakan berasosiasi dengan tanah laterit dan andosol. Secara kasar luasnya kira-kira 16 juta hektare.

Pada umumnya tanah Latosol  ini kadar unsur hara dan organiknya cukup rendah, sedangkan produktivitas tanahnya dari sedang sampai tinggi. Tnah in memerlukan input yang memadai.  Tanaman yang bisa ditanam didaerah ini adalah padi (persawahan), sayur-sayuran dan buah-buahan, palawija, kemudian kelapa sawit, karet, cengkeh, kopi dan lada.

Secara keseluruhan tanah Latosol atau Inceptisol ini mempunyai sifat-sifat fisik yang baik akan tetapi sifat-sifat kimianya kurang baik. 

Jumat, 04 Januari 2013

Karakteristik Tanah Ultisol (Podsolik Merah Kuning)


Jenis tanah Ultisol ini memiliki lapisan solum tanah yang agak tebal, yaitu 90-180 cm dengan batas-batas antara horizon yang nyata. Warna tanah ini kemerah-merahan hingga kuning atau kekuning-kuningan. Struktur B horizonnya adalah gumpak, sedangkan teksturnya dari lempung berpasir hingga liat sedangkan kebanyakannya adalah lempung berliat.  Konsistensinya adalah gembur dibagian atas (top soil) ean teguh dibagian lapisan bawah tanah (sub soil). 
Tanah Ultisol / Podsolik Merah Kuning

Kandungan bahan organik pada lapisan olah (top soil) adalah kurang dari 9 persen dan umumnya sekitar 5 persen. Kandungan unsur hara tanaman seperti N, P, K, dan Ca umumnya  rendah dan reaksibtanah (pH) sangat rendah yaitu antara 4-5,5. Tingkat permeabilitas, infiltrasi dan  perkolasinya sedang hingga lambat, pada lapisan permukaan umumnya sedang dan makin kebawah makin lambat. Tanah ini mempunyai sifat kimia yang kurang baik, sedangkan sifat fisiknya tidak mantap dengan stabilitas agregat kurang. Sebagai akibatnya tanah ini mudah terkena bahaya erosi akibat gerakan air. Sebagai bukti banyak terdapat erosi parit yang cukup  dalam di daerah-daerah jenis tanah ini. 

Sifat-sifat lain dari tanah Ultisol atau Podsolik Merah kuning ini adalah pembentukan struktur cukup baik akan tetapi tidak mantap. Kandungan mineral liat kaolinitnya tinggi, sehingga jumlah air yang tersedia bagi tanaman agak berkurang. Dengan demikian maka produktivitas tanah adalah rendah sampai sedang.

Adapun penyebarannya terutama di sepanjang sungai-sungai besar yang terdapat di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Irian Jaya dan di pelembahan-pelembahan serta daratan tinggi.

Bentuk wilayahnya adalah datar sampai agak melandai, oleh sebab itu sifat kimia dan fisik dari tanah ultisol sangat bervariasi, banyak tergantung kepada bahan induk dan letak topografinya.

Kamis, 03 Januari 2013

Sifat Fisika Tanah

Sifat fisik tanah adalah sifat tanah yang dilihat dari tektur, struktur, konsistensi tanah, warna tanah, temperatur tanah, tata air (drainase) dan tata udara (aerase) (Abdul Madjid 2007). Penetapan tektur tanah dapat dilakukan secara kualitatif (di lapangan) dan secara kuantitatif (di laboratorium). Metode Kualitatif dengan merasakan tanah diantara ibu jari dan telunjuk kemudian ditekan dan digosok-gosokkan, sedangkan metode kuantitatif dengan pengamatan lebih lanjut di laboratorium (S. Minardi dan Sutopo 2000). 

Tekstur tanah adalah perbandingan relatif tiga golongan besar partikel tanah dalam suatu massa tanah, terutama perbandingan antara fraksi-fraksi lempung (clay) dan fraksi pasir (sand). Golongan partikel tanah diberi nama fraksi tanahTekstur tanah berhubungan erat dengan plastisitas, permeabilitas, kekerasan, kemudahan olah, kesuburan dan produktifitas pada daerah-daerah geografis tertentu. Akan tetapi berhubungan dengan adanya variasi yang terdapat dalam sistem mineralogi fraksi tanah, maka belum ada ketentuan umum yang berlaku untuk semua jenis tanah di permukaan bumi (Kartasapoetra 1998).

Konsistensi tanah menunjukkan kekuatan daya kohesi butir-butir tanah, atau daya adhesi butir-butir tanah dengan benda lain. Konsistensi tanah disesuaikan dengan kandungan air tanah (basah, lembab, kering). Dilapangan ditentukan dengan memijit-mijit tanah basah, lembab atau kering diantara jari-jari kita (Anonimd 2010). Tanah basah dipijit dan diamati apakah tanah itu dapat dibuat bentuk-bentuk tertentu, terutama gulungan-gulungan kecil setebal kira-kira 1cm, tanpa retak atau pecah, tanah lembab dipijit diantara ibu jari dan telunjuk lalu diamati apakah agregat-agregat tanah cukup kuat untuk dipecahkan atau gembur. Tanah kering ditentukan dengan mencoba memecahkan atau merumuskan gumpalan kering (S. Minardi dan Sutopo, 2000). 

Temperatur tanah adalah merupakan salah satu sifat fisik tanah yang terutama sangat berpengaruh kepada proses-proses yang terjadi didalam tanah seperti pelapukan, penguraian bahan tanah, reaksi-reaksi kimia dan lain-lain dan dapat mempengaruhi langsung pada pertumbuhan tanaman melalui percobaan kelembaban tanah, aerasi, aktivitas mikroba, ketersediaan unsur hara tanaman, dan lain-lain (S. Minardi dan Sutopo, 2000).

Menurut Hanafiah (2005) bahwa air merupakan komponen penting dalam tanah yang dapat menguntungkan dan sering pula merugikan.

Beberapa peranan yang menguntungkan dari air dalam tanah adalah:
1.             sebagai pelarut dan pembawa ion-ion hara dari rhizosfer ke dalam akar tanaman.
2.             sebagai agen pemicu pelapukan bahan induk, perkembangan tanah, dan differensi horison.
3.             sebagai pelarut dan pemicu reaksi kimia dalam penyediaan hara, yaitu dari hara tidak tersedia menjadi hara yang tersedia bagi akar tanaman.
4.             sebagai penopang aktivitas mikrobia dalam merombak unsur hara yang semula tidak tersedia menjadi tersedia bagi akar tanaman.
5.             sebagai pembawa oksigen terlarut ke dalam tanah.
6.             sebagai stabilisator temperatur tanah.
7.             mempermudah dalam pengolahan tanah.

Selain beberapa peranan yang menguntungkan diatas, air tanah juga menyebabkan beberapa hal yang merugikan, yaitu:
1.         mempercepat proses pemiskinan hara dalam tanah akibat proses pencucian (perlin-dian/leaching) yang terjadi secara intensif.
2.         mempercepat proses perubahan horizon dalam tanah akibat terjadinya eluviasi dari lapisan tanah atas ke lapisan tanah bawah.
3.         kondisi jenuh air menjadikan ruang pori secara keseluruhan terisi air sehingga menghambat aliran udara ke dalam tanah, sehingga mengganggu respirasi dan serapan hara oleh akar tanaman, serta menyebabkan perubahan reaksi tanah dari reaksi aerob menjadi reaksi anaerob (Abdul Madjid 2007).

Pada umumnya warna tanah mempunyai hubungan dengan oksida-besi yang terhidratasi relatif tidak stabil dalam keadaan lembab, maka warna merah biasanya menunjukkan drainase dan aerasi yang baik. Tanah merah sekali biasanya terdapat di permukaan yang cembung (convex) terletak di atas batuan permeabel. Meskipun demikian, ada pula tanah-tanah merah yang berasal dari bahan induknya (Yoga Anung 2012).

Udara tanah sangat penting artinya bagi perbatasan akar tanaman dan kegiatan-kegiatan jasad hidup dalam tanah. Selain untuk pernafasan akar, udara ini perlu untuk pengisapan unsur hara dan air tanah (S. Minardi dan Sutopo, 2000).

Karakteristik Tanah Vertisol


Tanah vertisol ini memiliki lapisan solum tanah yang agak dalam atau tebal yaitu antara 100-200 cm, berwarna kelabu sampai hitam, sedang teksturnya lempung berliat sampai liat.  Kandungan liat tanah vertisol ini mempunyai tinggi lebih dari 30% pada seluruh horizon, dengan sifat mengembang dan mengkerut. Dimana pada keadaan kering tanah mengkerut menjadi pecah-pecah dan sebaliknya saat basah tanah mengembang  dan lengket. Retakan-retakan tanahnya pada saat kering ini lebarnya bisa mencapai 25 cm dan dalamnya bisa mencapai 60 cm dan keras berbongkah-bongkah

Tanah vertisol mempunyai kemampuan meremah sendiri (self churning) dan humus menunjukkan adanya timbulan mikro gilgai, cermin sesar, dan struktur tanah berbentuk baji berukuran sangat kasar. Kurang lebih tanah yang ekuivalen adalah tanah lempung margalitik, grumosol, regurs, tirs, dan tanah kapas hitam.
Tanah Vertisol akan mengalami retak-retak saat musim kering
Hardjowigeno menyatakan bahwa faktor penting dalam pembentukan tanah ini adalah adanya musim kering di setiap tahun, meskipun lama musim kering tersebut bervariasi. Di daerah yang paling kering, tanah hanya paling basah selama beberapa minggu setiap tahun.

Struktur tanah vertisol adalah keras dibagian atas dan gumpal dibagian bawah, dengan konsistensi teguh atau keras kalau kering. Batas horizon dari susunan horizon AC ini adalah agak nyata, tetapi tidak terdapat horizon aluvial dan iluviasi.

Kandungan bahan organik lapisan tanah atas pada umunya rendah, yaitu 1-3,5 persen. Semakin kebawah semakin menurun. Reaksi tanah dapat dilihat dari pH-nya antara 6,0-8,0 yaitu asam agak alkalis. Kandungan unsur hara banyak tergantung pada bahan induknya, yaitu bahan induk dari mergel atau napal, batu liat dan tuf vulkan. Yang berasal dari batu liat dan mergel umumnya lebih miskin, sedangkan dari tuf vulkan relatif lebih kaya. Mineral liat pada tanah ini adalah dari golongan monmoriolit. Daya menahan air cukup baik, sedangkan permeabilitasnya cukup lambat dan sangat peka terhadap bahaya erosi
.
Secara umum dapat disebutkan bahwa tanah ini memiliki sifat-sifat fisik dan kimia yang agak jelek sampai sedang. Oleh sebab itu nilai produktivitas tanahnya rendah sampai sedang (E. Saifudin Sarief, 1993).
Secara kimiawi Vertisol tergolong tanah yang relatif kaya akan hara karena mempunyai cadangan sumber hara yang tinggi, dengan kapasitas tukar kation tinggi dan pH netral hingga alkali  (Deckers , 2001)
Tanah vertisol memiliki kapasitas tukar kation yang tinggi. Tingginya kapasitas tukar kation ini disebabkan oleh tingginya kandungan liat yang terbungkus mineral Montmorillonit dengan muatan tetap yang tinggi. Kandungan bahan organik sungguhpun tidak selalu harus tinggi mempunyai kapasitas tukar kation yang sangat tinggi. Kation-kation dapat tukar yang dominan adalah Ca dan Mg dan pengaruhnya satu sama lain sangat berkaitan dengan asal tanah (Lopulisa, 2004). 
Dalam perkembangan klasifikasi ordo Vertisol, pH tanah dan pengaruhnya tidak cukup mendapat perhatian. Walaupun hampir semua tanah dalam ordo ini mempunyai pH yang tinggi. Tapi pada daerah-daerah tropis dan subtropis umumnya dijumpai Vertisol dengan pH yang rendah. Dalam menilai potensi Vertisol untuk pertanian hendaknya diketahui bahwa hubungan pH dengan Al terakstraksi berbeda dibanding dengan ordo lainnya. pH dapat tukar nampaknya lebih tepat digunakan dalam menentukan nilai pH Vertisol masam dibanding dengan kelompok masam dari ordo-ordo lainnya. Perbedaan tersebut akan mempunyai implikasi dalam penggunaan tanah ini untuk pertumbuhan tanaman. Batas-batas antara antara kelompok masam dan tidak masam berkisar pada pH 4,5 dan sekitar 5 dalam air (Lopulisa, 2004). 
Penyebaran tanah ini di Indonesia seluas kira-kira satu juta hektar dari barat ke timur, dimulai dari Jawa Tengah terus ke Jawa Timur, Pulau Madura, Nusa Tenggara, dan maluku (E. Saifudin Sarief, 1993).
Tumbuhan penutup tanahnya (vegetasinya) terdiri dari padang rumput, stepa dan savanna. Bisa dipergunakan untuk tegalan, perkebunan tebu, kapas, tembakau, persawahan (padi sawah), tanaman jagung kedelai dan hutan jati (E. Saifudin Sarief, 1993).