TINJAUAN PUSTAKA
1.
Pengenalan Alat
Pengenalan peralatan
laboratorium sangat penting untuk dilakukan sebelum menggunakan laboratorium.
Pengenalan peralatan laboratorium akan membantu peneliti untuk mengenali
peralatan sehingga ia tahu prinsip-prinsip, cara kerja, dan bagaimana
menggunakan peralatan laboratorium tersebut. Pengenalan alat juga diharapkan
dapat meminimalkan terjadinya kesalahan dan kecelakaan saat menggunakan
mengoperasikan peralatan laboratorium (Gunawan 2012).
Pengetahuan alat merupakan salah
satu faktor yang penting untuk mendukung kegiatan praktikum. Siswa akan
terampil dalam praktikum apabila mereka mempunyai pengetahuan mengenai
alat-alat praktikum yang meliputi nama alat, fungsi alat, dan cara
menggunakannya. Pengetahuan alat yang kurang akan mempengaruhi kelancaran saat
praktikum. Sebagai contoh, selama praktikum siswa dilibatkan aktif dengan
pemakaian alat dan bahan kimia. Siswa yang menguasai alat dengan baik akan
lebih terampil dan teliti dalam praktikum sehingga siswa memperoleh hasil
praktikum seperti yang diharapkan (Laila 2006).
Hal yang paling utama yang harus dipahami oleh praktikan sebelum melakukan praktikum adalah mengetahui terlebih
dahulu nama-nama alat, fungsi, dan cara penggunaan alat-alat yang akan kita
gunakan, agar praktikum yang akan dilakukan berjalan dengan baik. Penggunaan alat ini
dengan tepat penting untuk diketahui agar pekerjaan tersebut dapat berjalan
dengan baik. Keadaan yang aman dalam suatu laboratorium dapat kita ciptakan
apabila ada kemauan dari para pekerja, pengguna, maupun kelompok pekerja
laboratorium untuk menjaga dan melindungi diri, diperlukan kesadaran bahwa
kecelakaan yang terjadi dapat berakibat pada dirinya sendiri maupun orang lain
disekitarnya (Setiawati 2002).
2.
Bekerja Secara Aseptik
Aseptik
berarti 'tanpa mikro-organisme'. Teknik aseptik mengacu pada praktek yang
digunakan untuk menghindari kontaminasi organisme patogen. Tujuan utama dari
teknik aseptik adalah untuk melindungi pengguna dari kontaminasi oleh organisme
patogen selama prosedur medis dan keperawatan dan untuk melindungi dari hal-hal
yang berpotensi menular dari mikroorganisme tersebut. Hal ini dapat dicapai
dengan memastikan bahwa hanya peralatan steril (Wilson 2006).
Bekerja secara
aseptik yang dilakukan dapat mencegah kontaminasi mikroba selama prosedur
invasif atau perawatan dalam integritas kulit. Dua jenis asepsis dapat
dilakukan pada mikrobiologi klinis ialah asepsis medis dan bedah. Aseptik medis
digunakan untuk menekan jumlah organisme dan mencegah penyebaran mereka dan
terutama digunakan di daerah lingkungan dan beberapa daerah perawatan lainnya,
misalnya rawat jalan klinik. Asepsisis Bedah proses yang ketat dan termasuk
prosedur untuk menghilangkan mikro-organisme dari suatu daerah dan dipraktekkan
oleh perawat dan petugas kesehatan lainnya (Ayliffe 2000).
Teknik aseptik
harus digunakan selama prosedur invasif yang pertahanan alami tubuh, misalnya
kulit atau selaput lendir. Asepsis harus selalu dilakukan pada kondisi aapun.
Mempertahankan sterilitas bisa sulit tetapi penting untuk mencegah kontaminasi
pada peralatan yang digunakan (Dawe 2011).
3.
Sterilisasi
Pemilihan
desinfektan, konsentrasi, dan waktu paparan didasarkan pada risiko infeksi
terkait dengan penggunaan peralatan dan faktor lainnya. Metode sterilisasi yang
dibahas meliputi sterilisasi uap, etilen oksida (ETO), peroksida plasma gas
hidrogen, dan asam perasetat cair. Ketika digunakan dengan benar, disinfeksi,
dan proses sterilisasi dapat mengurangi risiko infeksi dan kontaminasi. Hal ini akan menuntut
peneliti untuk selalu memperhatikan kebersihan, pembersihan dan disinfeksi pada
setiap prosedur yang ia lakukan (Rutala et al. 2008)
Risiko utama
dari semua cara sterilisasi adalah pengenalan mikroba patogen yang dapat
menyebabkan infeksi. Kesalahan melakukan disinfeksi atau sterilisasi peralatan
yang akan digunakan kembali membawa risiko yang terkait dengan kontaminasi.
Sterilisasi harus selalu melalui disinfeksi yang baik dan benar. Pengguna harus
mempertimbangkan keuntungan dan kerugian dari metode khusus ketika memilih
proses disinfeksi atau sterilisasi (Rutala 2013).
Pedoman dari Komite Penasehat
Mikrobiologi (MAC) telah dilakukan untuk dekontaminasi, disinfeksi dan
sterilisasi peralatan. Proses dekontaminasi yang dipilih harus sesuai dengan
risiko infeksi yang berkaitan dengan penggunaan peralatan yang dimaksudkan. Sterilisasi
merupakan prasyarat penting untuk desinfeksi dan sterilisasi dan dapat
dilakukan secara manual atau mekanis. Disinfeksi adalah perusakan patogen ke
tingkat yang dapat diterima dan dicapai dengan menggunakan pasteurisasi uap,
autoklaf atau bahan kimia. Sterilisasi dilakukan untuk membunuh semua mikroba
dan dilakukan dengan menggunakan uap, udara panas kering, etilen oksida,
formaldehid atau iradiasi (Lewis 2004).
4.
Pembuatan Media
Dua
jenis bahan yang digunakan untuk medium, yaitu nutrient agar (NA) untuk membuat medium untuk bakteri dan PDA (Potato Dextrose Agar) untuk membuat
media untuk jamur. Prosedur kerja untuk membuatnya, pertama kentang dikupas dan
ditimbang 100g, cincang halus dan direbus untuk mash dalam air suling.
Dekstrosa diukur (12.5g) dan ditempatkan dalam gelas ukur. Agar 1L diukur
(12.5g) dan ditambahkan ke gelas ukur (dengan dekstrosa). Kentang tumbuk diaduk
dan disaring ke dalam silinder. Akuades ditambahkan untuk membuat isi 500mL
kemudian dituangkan ke dalam tabung reaksi labu kerucut. Labu ini kemudian
diautoklaf pada 121 0C selama 24 jam. Kisaran pH antara 6,5-7,0
(Jagesar 2008).
NA
digunakan untuk budidaya bakteri dan untuk penghitungan organisme dalam air,
limbah, kotoran dan bahan lainnya. NA terdiri dari pepton, ekstrak daging sapi
dan agar. NA memberikan nutrisi yang diperlukan untuk replikasi sejumlah besar
mikroorganisme. Daging sapi ekstrak
mengandung zat yang larut dalam air termasuk karbohidrat, vitamin, senyawa
nitrogen organik dan garam. Peptone adalah sumber utama nitrogen organik,
terutama asam amino dan rantai peptida (Downes dan Ito 2001).
Medium tumbuh yang
digunakan untuk jamur adalah Potato Dextrose Agar (PDA). Medium
tumbuh dibuat dengan campuran bahan-bahan yaitu kentang yang telah dikupas 200 g,
gula pasir 20 g, tepung agar 16 g, aquades 1000 ml. Pembuatan medium dilakukan dengan cara
berikut. Kentang diiris-iris setebal 1 cm, direbus sampai diperoleh
air rebusan yang kekuning-kuningan yaitu ketika kentang mulai lunak. Air rebusan
kentang disaring dengan menggunakan kain saring. Filtrat hasil saringan
air rebusan kentang tersebut ditambahkan dengan gula pasir dan tepung
agar kemudian semua bahan dipanaskan dan di aduk sampai larut. Setelah semua bahan-bahan larut,
medium tumbuh tersebut disterilkan di autoclave selama ± 15
menit pada suhu 210C dengan tekanan 1,5 atm. Saat medium tumbuh dalam
keadaan hangat diberi Streptomycin sulfate yang berfungsi sebagai antibiotik penghambat
bakteri kontaminan. Kemudian larutan medium tumbuh dituang dalam cawan steril,
selanjutnya dibiarkan pada laminator air flow sampai memadat (Arif et al. 2007).
PEMBAHASAN
Pengenalan
alat- alat yang digunakan di laboratorium mikrobiologi sangat penting
dilakukan. Hal ini supaya mahasiswa sebagai peneliti nantinya bisa bekerja
dengan dengan baik sesuai prosedur sehingga hasil penelitiannya juga bisa
berhasil. Pengenalan alat selain untuk memperkenalkan nama dan fungsi, juga
dilakukan untuk mengenalkan cara kerja dan prinsip kerja alat tersebut.
Berdasarkan
hasil pengamatan, pengenalan alat dalam praktikum dibagi menjadi dua yaitu
pegenalan alat kecil dan pengenalan alat besar. Pengenalan alat kecil meliputi
beberapa alat antara lain stirrer, jarum ose, gelas ukur, pipet, pinset, kaca
preparat, deglass, dry glasky, hand colony counter, chip, mortar,
erlenmeyer, gelas beaker, petridis, sprayer,
tabung reaksi, mikropipet, saringan mikoriza dan bunsen. Sedangkan pengenalan
alat besar meliputi mikroskop stereo dan binokuler, oven, incubator, hot plate, centrifuge, vortex dan LAF (laminar
air flow).
Bekerja di
laboratorium mikrobiologi perlu dilakukan prosedur bekerja secara aseptik.
Aseptik berarti tanpa adanya mikroorganisme. Aseptik juga berhubungan dengan
steril. Bekerja secara aseptik ini perlu dilakukan untuk menjaga kesterilan
pengguna, alat dan bahan-bahan yang digunakan dari kontaminasi karena mikrobia
berukuran sangat kecil, tidak kasat mata, mudah tersebar dan hidup dimana saja.
Bekerja secara aseptik ini merupakan bagian dari safety procedure (prosedur keamanan dalam bekerja di laboratorium
mikrobiologi) (Suhardi et al. 2008).
Bekerja secara
aseptik dilakukan dengan cara mensterilkan pengguna, alat dan bahan baku
terlebih dahulu sebelum memulai praktikum. Pengguna (peneliti) melakukan
prsedur aseptik dengan menggunakan masker dan sarung tangan yang sebelumnya
pada sarun tangan tersebut disemprotkan alkohol 70% untuk sterilisasi tangan
dari kontaminasi mikroorganisme. Alat dan bahan juga dilakukan prosedur aseptik
dengan mensterilkannya terlebih dahulu sebelum digunakan dengan beberapa cara
tergantung dari asal bahan tersebut misalnya dengan penyemprotan alkohol,
penyinaran dengan UV, dengan panas kering atau prosedur steril lain.
Menurut Hastuti
(2008), sterilisasi berhubungan pula dengan bekerja secara aseptik. Sterilisasi
merupakan proses untuk mematikan semua mikroorganisme yang terdapat pada atau
didalam suatu benda. Sterilisasi bisa dilakukan dengan dengan tiga cara yaitu
dengan cara mekanik, fisik dan kimiawi.
Sterilisasi
secara mekanik. Perbedaan penggunaan cara sterilisasi ini disebabkan karena
perbedaan bahan penyusun alat dan
karakteristik bahan, yakni ada yang terbuat dari kaca, liquid (mengandung air)
ataupun ada yang peka terhadap panas.
Sterilisasi secara
fisik dilakukan dengan cara filtrasi atau penyaringan menggunakan saringan
berpori sangat kecil (0,22 mikron sampai 0,45 mikron) sehingga mikrobia tertahan pada saringan tersebut.
Sterilisasi secara mekanik ini dilakukan pada bahan yang peka panas, misalnya
larutan enzim dan antibiotik. Kedua larutan tersebut, sangat peka panas, dan
akan terdenaturasi pada keadaan panas dengan suhu tertentu sehingga untuk
menghindari kerusakan maka dilakukanlah sterilisasi dengan filtrasi ini.
Sterilisasi secara
fisik dapat dilakukan dengan pemanasan atau dengan penyinaran dengan UV.
Pemanasan dilakukan dengan beberapa teknik antara lain membakar langsung pada
api, dengan panas kering, dengan uap air panas serta dengan uap air panas
bertekanan. Pemanasan secara langsung dengan cara (pemijaran) dilakukan dengan
cara membakar alat tersebut pada api secara langsung. Biasanya digunakan pada
alat yang terbuat dari bahan logam. Misalnya saja pada sterilisasi jarum
inokulum, pinset, dan batang L. Selanjutnya, sterilisasi dengan panas kering
yaitu sterilisasi yang dilakukan dengan oven dengan suhu kira-kira 60-1800C.
Sterlilisasi panas kering ini cocok
dilakukan untuk alat yang terbuat dari kaca misalnya Erlenmeyer, pipet, dan
tabung reaksi. Sterilisasi dengan pemanasan yang lain ialah dengan uap air
panas dan uap air panas bertekanan. Konsep uap air panas ini mirip dengan
mengukus. Biasanya dilakukan pada bahan yang mengandung air sehingga
menghindari terjadinya dehidrasi. Serilisasi dengan uap air panas bertekanan
dilakukan dengan autoklaf selama beberapa jam (Irianto 2010).
Sterilisasi
secara kimiawi dilakukan dengan menyemprotkan disinfektan seperti alcohol 70%.
Fungsi alcohol ini untuk mematikan miroorganisme yang ada pada alat tersut
sehingga alat menjadi steril saat digunakan. Sterilisasi secara kimiawi dengan
alcohol 70% dilakukan pula untuk mensterilkan meja kerja dan tangan peneliti
juga.
Media adalah suatu bahan yang terdiri atas campuran zat
makanan yang berfungsi sebagai tempat tumbuh mikroba. Suatu media harus memenuhi
beberapa syarat yang mampu menunjang pertumbuhan mikrobia. Syarat tersebut
adalah mengandung nutrisi yang diperlukan mikrobia untuk tumbuh, memiliki
tekanan osmosis, pH dan tegangan permukaan harus sesuai, tidak mengandung zat
penghambat dan steril (Singleton dan Sainsbury 2006).
Media untuk pertumbuhan mikroba ada beberapa macam,
antara lain berdasarkan susunan kimia, konsistensi, fungsi dan tujuannya.
Medium berdasarkan susunan kimianya yaitu medium organik, medium anorganik,
medium sintetik dan medium non sintetik. Medium organik yaitu medium yang
tersusun dari bahan-bahan organik. Medium anorganik, yaitu medium yang tersusun
dari bahan-bahan anorganik. Medium sintetik, yaitu medium yang sususan
kimiawinya dapat diketahui dengan pasti. Medium non-sintetik, yaitu medium yang
susunan kimiawinya dapat diketahui dengan pasti.
Macam medium berdasarkan konsistensinya adalah cair,
semi padat dan padat. Media cair (liquid medium) adalah medium berbentuk
cair yang dapat digunakan untuk tujuan menumbuhkan atau membiakan mikroba,
penelaah fermentasi, uji-uji lain. Contohnya: Nutrient Broth (NB),
Lactose Broth (LB) dan kaldu sapi. Media semi padat (semi solid medium), biasanya digunakan
untuk uji mortalitas (pergerakan) mikroorganisme dan kemampuan fermentasi. Contohnya:
Agar dengan konsentrasi rendah 0,5%. Media padat (solid medium) adalah medium yang berbentuk padat yang dapat
digunakan untuk menumbuhkan mikroba dipermukaan sehingga membentuk koloni yang
dapat dilihat, dihitung dan diisolasi. Contohnya: Nutrient Agar (NA), Potato Dextrose
Agar (PDA).
Macam medium berdasarkan fungsi dan tujuan antara lain
adalah media selektif, media diferensial, media penguji, media untuk
penghitungan jumlah dan media diperkaya. Media selektif adalah media yang
bersifat selektif untuk mencegah pertumbuhan mikroba lain sehingga dapat
mengisolasi mikroba tertentu. Contohnya : Endo Agar, EMB (Eosin Metilena Biru)
Agar, SSA (Salmonella Shygella Agar),
VRB (Violet Red Bile Agar). Media
diferensial, untuk mengidentifikasi mikroba berdasar karakter spesifik
yang ditunjukkan pada media diferensial, misalnya TSIA (Triple Sugar Iron Agar) yang mampu memilih Enterobacteria
berdasarkan bentuk, warna, ukuran koloni dan perubahan warna media di
sekeliling koloni. Media penguji adalah media dengan susunan tertentu digunakan
untuk pengujian-pengujian vitamin, asam amino, antibiotik dan lain-lain. Media
untuk perhitungan jumlah adalah media spesifik yang digunakan untuk menghitung
jumlah mikroba. Contohnya : Potato Dextrosa Agar (PDA) untuk fungi,
Natrium Agar (NA) untuk bakteri Media diperkaya adalah medium yang
ditambah zat-zat tertentu (serum, darah, ekstrak tumbuhan dan lain-lain),
digunakan untuk menumbuhkan mikroba heterotrof.
Pembuatan
medium pada pengamatan ini adalah dengan pembuatan medium NA dan PDA. Medium
merupakan suatu bahan yang terdiri atas campuran zat makanan (nutrient) yang berfungsi sebagai tempat
tumbuh mikrobia. Medium juga dapat digunakan pula sebagai tempat isolasi,
memperbanyak, pengujian sifat-sifat fisiologi dan perhitungan jumlah mikrobia.
Pembuatan medium harus memenuhi beberapa hal, sehingga medium yang dibuat bisa
digunakan sebagaimana fungsinya. Syarat-syarat tersebut ialah mengandung
nutrisi yang diperlukan mikrobia, memiliki tekanan osmosis, pH dan tegangan permukaan
yang sesuai, tidak mengandung inhibitor dan steril. Medium dapat dibedakan
berdasarkan susunan kimianya, konsistensinya, dan tujuannya. Pembuatan medium
berdasarkan tujuannya misalnya NA yang digunakan untuk bakteria, dan PDA yang
digunakan untuk jamur.
gambar medianya mana?
BalasHapusdaftar pustakanya mana???
BalasHapuskok gag ada dapusnya??
BalasHapusDapus cuy... yang namanya gunawan (2012) banyak bener
BalasHapusSaya akan mencadangkan sesiapa yang mencari Pinjaman Perniagaan untuk Le_Meridian mereka membantu saya dengan pinjaman Empat Juta USD untuk memulakan perniagaan Quilting saya dan ia adalah pantas Apabila mendapatkan pinjaman dari mereka itu mengejutkan betapa mudahnya mereka bekerja. Mereka boleh membiayai sehingga $ 500,000.000.00 (Lima Hundred Million Dolar) di mana-mana rantau di dunia selagi ada 1.9% ROI boleh dijamin pada projek-projek.Prosesnya cepat dan terjamin. Ia pastinya pengalaman yang positif.Buat penipu di sini dan hubungi Perkhidmatan Pembiayaan Le_Meridian. lfdsloans@lemeridianfds.com / lfdsloans@outlook.com. WhatsApp ... + 19893943740. jika anda mencari pinjaman perniagaan.
BalasHapus